Jangan Sampai Teknologi Merusak Hubungan Anda

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More
 
Kemajuan teknologi membuat komunikasi jadi lebih mudah, sekaligus semakin berbahaya. Mengapa begitu? Banyak orang cenderung memanfaatkan teknologi sebagai pengganti komunikasi langsung atau yang dilakukan dengan tatap muka. Selain itu, komunikasi melalui e-mail atau SMS berpotensi menjadi pembicaraan satu pihak saja.
"Anda jadi punya pilihan untuk mengabaikan pesan yang dikirim lewat e-mail ataupun SMS. Kalau tidak suka, tidak perlu menjawab. Anda juga jadi tidak terlalu memikirkan apa yang dirasakan orang lain saat membaca e-mail atau SMS Anda," kata Susan Newman, PhD, psikolog sosial. Coba bandingkan dengan pembicaraan yang terjadi saat Anda bertemu dengan orang lain. Semua terjadi dua arah, bukan?

Newman juga mengungkapkan beberapa kemungkinan terjadi salah paham dengan orang-orang terdekat ketika Anda lebih suka menggunakan jari-jemari untuk mengetik pesan atau e-mail dibandingkan membuka mulut untuk berbicara. Coba simak beberapa di antaranya.

1. Salah ketik, salah sangka
Tidak banyak yang bisa ditulis dalam satu SMS. Itu sebabnya Anda terbiasa menyingkat-nyingkat kata. "Sayangnya, singkatan ini bisa tidak dimengerti oleh penerimanya. Selain itu, barisan teks ini tidak mengungkapkan apa yang Anda rasakan," kata Newman.
Tidak heran, ketika Anda mengirim SMS yang dimaksud sebagai candaan, teman yang menerima mengira Anda sedang mencelanya. "Jika Anda sampai menerima SMS yang tidak jelas apa maksudnya, lebih baik langsung telepon saja. Hindari membalas melalui SMS karena ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah hanya akan memperkeruh suasana," saran Newman.

2. Menyelesaikan masalah dengan "e-mail"
Mengirim e-mail untuk memutuskan hubungan dengan si dia tidak sama dengan mengirim e-mail berisi pembatalan pemesanan buku ke toko online. Namun, tidak sedikit orang yang melakukan hal ini, bahkan untuk bercerai. Apakah hal ini dapat diterima pihak lainnya? Jelas tidak. Pertama, tindakan ini membuat Anda dianggap sebagai pengecut. Kedua, salah besar jika hal ini didasarkan pertimbangan agar pihak yang dikirimi e-mail jadi punya waktu banyak untuk mencerna apa yang ingin Anda sampaikan. Mereka justru bisa merasa sangat sakit hati.
"Yang tersirat jelas dari tindakan ini adalah bahwa Anda hanya peduli terhadap diri sendiri. Terserah dengan orang lain," kata Newman. Ia menganjurkan untuk melakukannya secara langsung, sama ketika Anda memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya dan menyatakan cinta Anda.

3. Mengintip e-mail orang lain
Dengan adanya Blackberry, akses e-mail tidak lagi menjadi akses pribadi. Cukup tinggalkan handset tanpa dikunci, orang lain akan dapat membuka dan mengintip isi inbox. Bila hal ini Anda lakukan terhadap pasangan, Newman menyarankan untuk menghentikannya.
"Mengintip e-mail orang lain menandakan Anda punya masalah besar soal memercayai orang lain," katanya.
Bisa jadi yang jadi pangkal problemnya bukanlah e-mail seperti apa yang sering diterima oleh pasangan Anda, melainkan bagaimana pandangan Anda terhadapnya.
"Jika Anda curiga terhadap pasangan, lakukan secara langsung. Tak perlu sampai meretas kata sandi e-mail-nya atau mengintip ponselnya. Sepanjang pengalaman saya, ketika sisi emosional menjadi permasalahan, teknologi jarang dapat menjadi solusi tepat untuk memperbaikinya meski pada awalnya terlihat sangat menjanjikan," ujar Newman.



sumber : http://female.kompas.com
majalahsobek.com

 
Powered by Blogger | Printable Coupons