TEMPO Interaktif, Bandung - Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Bachtiar Anwar membantah ada ledakan besar di matahari pada 1 Agustus lalu. Dia pun menyangkal peristiwa tersebut sebagai tsunami matahari yang mengancam kehidupan di bumi.
Menurut Bachtiar, ledakan di matahari baru-baru ini hanyalah letupan (flare) di bagian terluar sang Surya. Letupan itu tergolong kecil dengan skala C. “Istilah tsunami matahari itu tidak tepat,” katanya saat dihubungi Tempo, Selasa (3/8).
Observatory NASA mengabarkan, hari ini bakal terjadi sebuah ledakan besar matahari. Para astronom dari seluruh dunia menyaksikan suara besar di atas sunspot raksasa seukuran Bumi, yang terkait dengan letusan lebih besar di permukaan matahari (Baca: Ilmuwan NASA Peringatkan Tsunami Surya Akan Menghantam Bumi).
Menurut Bachtiar, tsunami matahari terjadi bila ada gempa kuat di matahari (sun quake) hingga menimbulkan gelombang atau materi besar di luar angkasa.
Letupan yang kecil, kata dia, tidak mengancam kehidupan di bumi atau satelit ruang angkasa serta listrik. Negara yang berada di sekitar garis ekuator seperti Indonesia relatif aman. Adapun gangguan dikhawatirkan terjadi di belahan kutub utara dan selatan. “Partikel letupannya bisa mengganggu penerbangan pesawat. Oleh karena itu maskapai perlu mendapat peringatan,” ujarnya.
Dibanding ledakan pada 29 Oktober 2003 silam yang berskala X, letupan matahari kali ini 100 kali jauh lebih kecil. Saat itu, ledakan sampai mengganggu satelit dan memadamkan listrik di sejumah negara. ”Dampaknya sekarang tidak sedahsyat yang lalu,” kata Bachtiar.
Saat ini dari pantauan para peneliti matahari di Lapan, aktivitas matahari memang sedang menuju puncak. Namun titik hitam (sun spot) matahari masih kecil-kecil. Dari hasil pengamatan, kata Bachtiar, membesarnya bintik hitam yang kemungkinan menimbulkan badai matahari, diperkirakan baru akan terjadi pada 2014 mendatang.
Menurut Bachtiar, ledakan di matahari baru-baru ini hanyalah letupan (flare) di bagian terluar sang Surya. Letupan itu tergolong kecil dengan skala C. “Istilah tsunami matahari itu tidak tepat,” katanya saat dihubungi Tempo, Selasa (3/8).
Observatory NASA mengabarkan, hari ini bakal terjadi sebuah ledakan besar matahari. Para astronom dari seluruh dunia menyaksikan suara besar di atas sunspot raksasa seukuran Bumi, yang terkait dengan letusan lebih besar di permukaan matahari (Baca: Ilmuwan NASA Peringatkan Tsunami Surya Akan Menghantam Bumi).
Menurut Bachtiar, tsunami matahari terjadi bila ada gempa kuat di matahari (sun quake) hingga menimbulkan gelombang atau materi besar di luar angkasa.
Letupan yang kecil, kata dia, tidak mengancam kehidupan di bumi atau satelit ruang angkasa serta listrik. Negara yang berada di sekitar garis ekuator seperti Indonesia relatif aman. Adapun gangguan dikhawatirkan terjadi di belahan kutub utara dan selatan. “Partikel letupannya bisa mengganggu penerbangan pesawat. Oleh karena itu maskapai perlu mendapat peringatan,” ujarnya.
Dibanding ledakan pada 29 Oktober 2003 silam yang berskala X, letupan matahari kali ini 100 kali jauh lebih kecil. Saat itu, ledakan sampai mengganggu satelit dan memadamkan listrik di sejumah negara. ”Dampaknya sekarang tidak sedahsyat yang lalu,” kata Bachtiar.
Saat ini dari pantauan para peneliti matahari di Lapan, aktivitas matahari memang sedang menuju puncak. Namun titik hitam (sun spot) matahari masih kecil-kecil. Dari hasil pengamatan, kata Bachtiar, membesarnya bintik hitam yang kemungkinan menimbulkan badai matahari, diperkirakan baru akan terjadi pada 2014 mendatang.
sumber :http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2010/08/03/brk,20100803-268505,id.html
majalahsobek.com